Hari Ibu, Ida Royani Ingatkan Peran Perempuan
Anggota Departemen Pemberdayaan
Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPP LDII Ida Royani menjadi pemateri di
Pengajian Umum Wanita LDII Cikarang. Foto: LINES.
Jakarta
(22/12). Saban
tahun, Hari Ibu diperingati sebagai hari nasional memperingati perjuangan dan
kontribusi ibu sebagai perempuan berdaya. Pada peringatan ke-96 tahun ini, tema
“Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya menuju Indonesia Emas 2045”, mengingatkan
bahwa dari keluarga, perempuan bisa berdaya untuk masyarakat.
Anggota
Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPP LDII Ida
Daniar Royani mengatakan, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tenang-tenang
saja di rumah. Keharmonisan rumah tangga perlu dibangun dari keluarga.
Misalnya, karakter pasangan suami-istri bisa jadi berbeda, maka hal itu harus
dicari kecocokannya.
“Rumah tangga
harmonis dari pernikahan dua orang karakter berbeda yang dicocokkan,” ujarnya
saat menyampaikan materi di Pengajian Umum Wanita LDII Kabupaten Bekasi,
(22/12). Ia menegaskan, setiap ibu yang menjadi istri atau ibu perlu menyadari,
ada kalanya rumah tangga tak selalu mulus. “Cobaan atau ujian bisa datang dari
pasangan atau anak. Tapi hal itu tak menghalangi keimanan seorang perempuan
kepada Allah SWT,” kata Ida.
Menghadapi ujian
rumah tangga, ia menegaskan, perempuan perlu memasrahkan diri pada Allah.
Karena itu agama penting, agar ibu selalu berpikir jernih dan bisa tetap
produktif meski menghadapi masalah. “Para ibu bisa mengisi waktu dengan baik
dan juga meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT,” ujarnya.
Ibu yang
menyibukkan diri meski di rumah, Ida mencontohkan dirinya, di usia yang tak
lagi muda dan bukan lagi seorang penyanyi, rupanya ia masih ingin produktif.
Seperti produktif merancang baju atau fokus mendidik anak dan cucu,
bersosialisasi dan mengaji.
Ia menegaskan,
selain produktivitas harian, para ibu perlu memahami agama secara mendalam
dengan mengaji. “Hal itu terkait peran ibu sebagai pendidik anak di rumah,”
katanya.
Karena
menciptakan ‘surga’ di rumah, selain peran bapak, peran ibu juga fundamental.
Pendidikan tak hanya sekolah, tapi ibu juga berperan mendidik di rumah. “Itulah
mengapa seorang ibu perlu memahami agama, agar anak juga memahami pentingnya
salat dan berdoa,” kata Ida.
Rumah tangga dan
keluarga harmonis, juga dibangun dari penerapan karakter luhur yang dicontohkan
orang tua. Penerapan karakter luhur itu, ia menjelaskan, dari sikap berbudi
luhur, alim-fakih, dan mandiri.
Seorang ibu
mengajarkan kemandirian pada anak, mulai dari mengajak salat misalnya. “Ajarkan
anak mulai dari salat tepat waktu, hingga gerakan dan bacaan salat,” kata Ida.
Hal mendasar itu, targetnya adalah anak bisa salat sendiri tanpa diingatkan.
Penerapan 29
karakter luhur yang digadang LDII sebagai program andalan, menurut Ida, sudah
mendukung pemberdayaan peran Ibu di rumah atau lingkungan. Tidak hanya
diterapkan pada peringatan Hari Ibu, tapi juga penguatan karakter luhur dalam
kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar