Kiat Mendapatkan Lailatul Qadar
Bulan Ramadhan, ibadah di bulan ini
dilipatgandakan pahalanya. Bahkan terdapat malam yang disebut lebih baik dari
seribu bulan, malam itu adalah lailatul qadar. Mayoritas ulama berpendapat
bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di 10 hari terakhir bulan ramadhan.
Arti Lailatul
Qadar
Istilah lailatul
qadar terdiri atas dua kata, lail dan qadar.
Kata lail memiliki arti malam hari, sementara qadar bisa
merujuk pada arti ukuran atau ketetapan. Dalam hal ini, jika ditinjau secara
etimologis lailatul qadar dapat didefinisikan sebagai malam
ketika Allah menetapkan perjalanan hidup manusia. Sementara itu, secara
terminologis pengertian lailatul qadar adalah malam yang agung
ataupun malam yang mulia.
Lailatul Qadar merupakan suatu anugerah bagi umat
Islam. Dalam satu tahun, ada satu malam yang nilai kebaikan atau pahala di
malam itu, lebih baik dari pada 1.000 bulan. Malam yang dimaksud adalah
terdapat di dalam bulan Ramadan, tepatnya pada 10 malam terakhir.
Allah berfirman.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا
كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا
ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui” [Ad-Dukhan/44 : 3-6]
Imam Ibnu
Katsir (774 H) berkata, “(Malam yang diberkahi) itulah Lailatul
Qadr, yang terjadi pada bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran…” (QS.
Al-Baqarah: 185).
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا
أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada malam
Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul
Qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan, pada malam itu turunlah
melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa)
segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” [Al-Qadar/97
: 1-5]
Imam Ath-Thabari mengatakan dalam
tafsirnya bahwa amal shalih dan salat pada malam Lailatul Qadr itu lebih baik
bagi seseorang dari pada melakukan ibadah 1.000 bulan. (TafsirAth-Thabari 30/314).
Sebagian ulama seperti Mujahid (104 H), Nafi’ (117 H), Qatadah (± 113 H), Ibnu
Zaid, Abdurrahman bin Abi Laila (83 H), menafsirkan malam Lailatul Qadr penuh
dengan seluruh kebaikan dan keberkahan, selamat dari segala kejahatan dan
keburukan apapun, setan-setan tidak mampu berbuat kerusakan dan kejahatan
sampai terbit fajar di pagi harinya. (TafsirAth-Thabari 30/315, al-Jami’
li Ahkamil Quran 20/124, Tafsir al-Quranil Azhim 8/444, ad-Durrul
Mantsur 8/568). Sementara itu Imam Asy Sya’bi (± 101 H)
mengatakan bahwa pada malam itu para malaikat memberikan ucapansalam kepada
para penghuni masjid-masjid (yang beribadah di dalamnya) sampai terbit fajar.
(Tafsir al-Jami’ li Ahkamil Quran 20/124 dan Tafsir
al-Quranil Azhim 8/444)
Waktu
Kebaikan 1.000
bulan dapat diraih mulai matahari tenggelam hingga terbit fajar di 10 malam
terakhir yang ganjil. Itulah kesempatan yang dapat diraih. Tidak ada seorangpun
yang dapat mengetahui secara pasti, atau memastikan malam ke berapa turunnya
kebaikan 1.000 bulan itu. Namun Rasulullah memberikan kabar tentang ciri-ciri
waktu turunya Lailatul Qadar. Mungkin sudah menjadi ketentuan Allah
bagi umat ini, untuk tidak menggantungkan pada hari tertentu. Hal ini menjadi
motivasi bagi umat Islam untuk tetap meramaikan hari-hari terakhir pada bulan
Ramadan. Tetaplah optimistik untuk meraihnya dan jangan merasa tertinggal.
Karena kebaikan itu, sekecil apapun akan mendapat lipatan pahala. Terutama di
bulan Ramadan ini, semua amal kebaikan dilipatgandakan sampai tidak terhingga.
Diriwayatkan dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa lailatul qadar terjadi pada sepuluh
malam terakhir yang ganjil yakni malam 21,23,25,27 dan 29.Beliau bersabda :
تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ
فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ
“Carilah malam
Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan
Muslim 1169)
Amalan-amalan
dalam Mencari Lailatul Qadar
- Sholat
Besarnya pahala
yang dijanjikan, tentu sesuatu yang tidak boleh disia-siakan. Oleh karena itu,
umat Islam harus bersemangat dalam menyambut datangnya Lailtul Qadar.
Hal yang perlu dilakukan untuk meraihnya, tentu dengan memperbanyak ibadah
shalat taraweh atau shalat malam atas dasar keimanan dan mengharapkan
pahala-Nya yang besar.Jika telah berbuat demikian,makaAllah SWT akan mengampuni
dosa-dosanya yang telah lalu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إَيْمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa
berdiri (salat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap
pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Hadits Riwayat Bukhari 4/217 dan
Muslim 759)
- Berdoa
Disamping salat,
amalan pada malam tersebut yang harus diperbanyak adalah berdoa. Telah
diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku
bertanya, “Ya Rasulullah! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul
Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah”:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ
عَنِّي
“Ya Allah
Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah
aku” (Hadits Riwayat
Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850)
- Itikaf
dan menghidupkan malam
Mencari Lailatul Qadar juga dapat dilakukan
sambil mengerjakan itikaf di Masjid, yaitu berdiam diri,
berdzikir, membaca Al-Quran dan berdoa di masjid. Sesekali diselingi dengan salat-salat sunnah.
Ajaklah istri, keluarga dan anak-anak untuk bersama-sama meramaikan masjid dan
beribadah di dalamnya. Dalam sebuah hadits, Aisyah Radhiyallahu anhuma,
ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ
مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ
بَعْدِهِ
Sesungguhnya Nabi melakukan itikaf pada 10 malam terakhir
di bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau
melakukan i’tikaf setelahnya. (HR Al Bukhari 2/713)
كَانَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَ أَحْيَ لَيْلَهُ، وَ اَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila
masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya” (Hadits Riwayat
Bukhari 4/233 dan Muslim 1174)
كَانَ رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيغَيْرِهَا
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir)
yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya” (Hadits
Riwayat Muslim 1174)
Tidak ada komentar